Kumpulan Puisi Karya Fadh, Oktavia, dan Van Alif
TAKKAN DIPENJARA
Oleh : Fadh ahmad arifan
*Penulis tinggal di kota Malang, kini mengajar di MTs Muhammadiyah 2 Malang.
Ibukota punya 2 agenda
Sambut kedatangan wapres Amerika
Dan juga persidangan Terdakwa
Terdakwa pelecehan surah al-Maidah
Sidang pembacaan tuntutan sempat ditunda
Kamis pagi dibacakan para jaksa
Dikenakan pasal 156 dan 156A
Divonis cuma 1 tahun penjara
Terdakwa tenang-tenang saja
Karena alat-alat bukti lemah
Nampaknya takkan dipenjara
Hingga akhir masa jabatannya
Begitulah akibat ketidakbecusan jaksa
Vonis ringan takkan membuat jera
Apakah karena ditekan elit penguasa
Sehingga peluang bebas di depan mata
JAWARA POJOK PENDOPO MALAM HARI
karya : Van Alif
Hampir setengah nyawa kau abdikan
menjadi budak diantara kekerasan zaman berdampingan ego waktu
tetap menerjang melawan alang alang bermahkota tajam
menusuk dalam hingga terlihat putihnya rembulan
Tak pedulikan buku bersih kemarin
lalu kutusuki hayal tak karuan
hingga wajahku gelap pekat
namun sederhana sekali kau berikan tinta putih
tuk menggantikan luka dalam dengan indahnya coretan sajak
Kini terlihat tua dan payah jangkahan
kian langkah terengah engah
masih tak lelah kau titiskan ilmu
tentang fisik menuju talian persaudaraan sedang batin menghadap tuhan
diantara kami dengan raga balutan kain hitam kelabu
Biarkan matras hijau lusuh dan golok semakin berkarat
menjadikan engkau sebagai telaga murni
bagi mereka yang haus setelah sekian lama pertahankan tanah lahir
hingga darah menjadi cucuran semangat membara
Van Alif adalah nama pena dari sosok manusia bernama Ahmad Alifiandi.Lahir dibawah krisis moneter pada tanggal 20 juni 1998 .Ia tinggal di desa kecil yang lestari dekat kabupaten jember.Sekarang aktif menulis dan berkarya.Kegiatan yang dilakoninya sekarang bukan hanya menulis saja, melainkan berusaha tetap melestarikan pencak silat sebagai warisan budaya indonesia
Filosofi Ruang Kosong Itu
Dalam ruang dan waktu yang saling terpaut,
Setitik terang cahaya membuka sebuah tabir untuk melangkah
Sejenak terhenti, mendengar derik kunci karatan yang perlahan hilang dalam jarak
Leguhannya, membuai dalam simfoni yang nyata,
Lirih dalam suara, menggetar dan berbau
Adakah aku, bila dalam hening aku terpaku
Sebuah perbandingan dengan kalam, membentang panjang luas tanpa batasan.
Hingga sebuah perantara itu datang, enggan dalam batin perang bergulat.
Bara itu bergejolak, menerkam cahaya kegelapan dalam ruang tak berbatas
Surai embun yang membeku dalam jeruji keinginanku, terbesit untuk celah dalam ruang sempit.
Dia sang senja telah tiba, ada gerangan yang kan datang, dalam perjalanan waktu yang teramat panjang. Membawa sebuah peradilan ketegangan,
Sisi kontras tercipta nyata, mengulang waktu seribu tahun untuk bertahan.
Dalam ruang kosong, hening, lembab dan mencekam ini, deklarasi itu dimulai.
Membaur antar elemen kehidupan, gejolak yang tlah mengakar tak mampu untuk tertahan.
Aku berontak, dalam ruang kosong itu. Melawan kesengsaraan dalam dunia berduri ini. Semua tlah tertumpah ke bumi, irama batin yang tak lagi terukur, membawaku dalam ketegangan senja. Aku meranggas dan terhempas,
Seolah semua tlah berakhir, dengan ajal yang tlah menyingsing,
Ku merasakan sebuah tangan, mengulur, membantuku berdiri dan membawa sebuah harapan untukku kembali.
Dalam peraduan sang bumi aku kembali, membawa harapan akan waktu yang tak pernah terulang kembali…
150117
Oktavia Putryana, tercatat sebagai Mahasiswi Arsitektur UNS Surakarta, lahir 12 Oktober 96 hobi memaknai objek tertentu dan mencari esensi.