Kumpulan Puisi Praditya Hersandika dari Bandungan
MUAKAD CINTA
Sunyi rumah
Jika hujan ini berhenti, tanganku akan menjelma sayap
Rambutku yang panjang kukepak sebagai jubah
Aku pun terbang menuju asal air
Memetik setiap rintik lalu kupersembahkan
Padamu sebagai mahar
Dan aku ikrarkan muakad, kalimat pertama adam
Ketika menyunting hawa
Dibumi amat luas ini
Setelah berabad mencari karenanya
dipisahkan oleh satu kutukan tuhan
sebagaimana adam yang berikrar akan
selalu menuntun hawa menuju rumah selain disurga
aku pun akan mengajakmu membangun kembali
rumah yang telah diruntuhkan bencana
dibumi luas ini
setiap adam akan bersusah menegakkan rumah
dan hawa untuk mendiaminya
begitulah kisah dinukil dalam kitab Al Quran
lalu jika kutemukan selalu sunyi rumah
apakah aku harus mengeluh?
Sebuah botol beer yang membusa
Menghakimi sang pemilik akan putus asa
Meracuni nurani hingga mati
Menepis keraguan akan tawar air
Hingga muara tujuan menjadi asin
Pijak kaki manusia ingin terbang tinggi
Meninggikan arti bumi adalah misteri
Percayalah bahwa pedihnya azab neraka
Lembab panas api disana menanti
Janganlah berputus asa akan dunia yang fana
Belajarlah mensyukuri akan nikmat illahi
Gagahlah bersemi bak bunga matahari
Tinggi mengejar sang matahari
Mari menyatukan ambisi
Walau langit terlihat muram
Karena awan mulai meragu
Rintik hujan menandakan sebuah harapan untuk tumbuh
Bukan berarti akan suram menuju sejalan kegelapan
Balajar memahami kala mangkok terisi sebuah mie
Tanpa tambahan kuah yang masam tak akan terasa menantang
Manis asin memperlihatkan akan sebuah teriakan lantang
Meracuni nafsu didalam jiwa estruasi
Hingga menjelma menjadi sebuah boneka serigala kecil
Kunanti manis gulali ditengah panas terik mentari
Ribuan resep tersaji untuk terus diratapi
Menu menjadi sebuah kunci
Tak perlu mengkelabuhi sang pemilik lidah
Hingga sebuah indera mampu mendeteski
Mengecap penuh rasa dan arti
Bukan berarti manusia hanya tetap berdiri memegang dahi
Sembari berfikir hati nurani terbiarkan terlupakan
Menyanyilah tanpa intonasi
Agar mata hati menjadi terakuisisi
Hingga berkolaborasi
Menjadi sebuah pertanda hidup harus selalu berbagi dan memberi
Bersama berteduh di dalam musim
Meski semi tak lagi indah