Puisi: Koran Pagi
Koran Pagi
: Mahadir Mohammed
Di muka halaman koran pagi
Kuseruput tajuk berita tentang korupsi
Ditemani secangkir kopi
Kubaca hikmat tanpa mencaci
Tajuk berita:
“Korupsi Budaya Para Politisi”
Pembuka berita:
Di tengah krisis dan pandemi, korupsi seperti jalan pasti tanpa kompromi.
Isi berita:
“Inilah manusia! Tidak ada yang sempurna seutuhnya dalam bekerja, kesempurnaan hanya milik Tuhan, korupsi hanyalah milik mereka yang telah berhasil digoda syaitan.”
Penutup:
“Jangan salahkan saya! Salahkan syaitan sebab berani menggoda wakil Tuhan yang berjuang demi kesejahteraan.”
“Layaknya buah khuldi, saya adalah adam yang telah berhawa untuk mencicipi.”
Tutur sang wakil rakyat dengan cermat.
-Riau, 2021
***
Kekuasaan Nyamuk
: Mahadir Mohammed
Malam ini ide berkecamuk
Ingin kurangkai menjadi sajak
Semakin larut nyamuk pun banyak
Terbang di telinga seolah beteriak
Tepuk sana tepuk sini
Membuat mata kian mengantuk
Fokus teralih
Pikiran ikut berdalih
Duduk semula diruang tamu
Menjadi beralih ke ruang bisu
Mulut bersuara ikut menggerutu:
“Dasar nyamuk! Dengan suaranya
bukan bernyanyi, justru mengusik ide anak negeri.”
-Riau, 2021
***
Membangun Rasa
: Mahadir Mohammed
Terik matahari membakar diri
Menusuk jiwa membangun bara
Keringat bercucuran tanpa undangan
Tubuh hangat rasa menyengat
Inilah nasib pasien Corona
Setiap berjemur dengan lara
Tanpa canda tanpa tawa
Merawat diri membangun rasa
Berharap sembuh tanpa biaya
Berharap biaya tanpa meminta
-Riau, 2021
***
Konstitusi Anak Pulau
: Mahadir Mohammed
Pasal satu. Bumi, air dan kekayaan hutan yang terkandung di dalamnya. Dikuasai penguasa dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran pengusaha.
Air mata milik rakyat jelata, mata air milik kroni-kroninya.
Pasal dua. Harus teguh memegang prinsip para sesepuh:
Sayang anak buang-buangkan
Sayang istri tinggal-tinggalkan
Sayang saudara jauh-jauhkan
-Riau, 2021
***
Negeri Bersih
: Mahadir Mohammed
Hari pertama
Kupergi ke pesisir pantai
Kulihat potensi laut terhampar bersih
Hari kedua
Kupergi ke hamparan daratan
Kulihat hutan dan batubara disapu bersih
Hari ketiga
Kupergi ke dermaga
Kulihat kapal asing bersihkan emas dan permata
Hari keempat
kupergi ke gubuk ibu Pertiwi
Kulihat ibu bersih-bersih pipi dari air mata
Hari kelima
Aku pun iba
Saban hari kulihat ibu
diterkam bencana
-Riau,2021