Puisi Mohamad Cholis
Kepada Penyair
Bapak dan ibumu serupa denting bunyi
Yang aku kawinkan di jurang hati
Engkau adalah kekasih sunyi
Terlahir dari Rahim meditasi
Jangan pernah engkau mati
Melukis ruang paling abadi
Telenteyan,2020
Kutunggu
Kutunggu kau pada selembar surat matahari
Juga pada serabut ayat-ayat rindu dalam puisi
Telah kutemui delapan purnama yang gugur
Di atas rerumput rumahmu yang sendu
Tubuhku terlunta-lunta memburu anak kalender
Dari seribu perjanjian batang musim
Kara,
Kakiku telalu rapuh mengejar tubuhmu
Yang terus berangsur jauh
Gapura, 2020
Sore Di Adipura
Saat tubuhmu matang di sela-sela reranting
Engkau pun terjatuh lalu tertanam di akar bumi
Satu persatu anak cahaya melepas ritme melodi
Di sudut reruang tempat aku melukis puisi
Sedikit semakin jauh terdengar jejak riuh mengaji rindu
Aku terpaku karna detak masih memburu
Detak jantung yang terus membentur
Segumpal pertanyaan candu
Siapa yang tetap masih menungguku?
Sementara mata memaksaku menikmati senja
Ada yang hilang tapi bukan arah jalan pulang
Tapi sebaris kenangan yang sebentar lagi akan tenggelam
Di kedalaman ingatan
Taman adipura, 2020
Bahagia Petani
Bahagia kami
Adalah ketika hitam mencekat melukis keapala
Matahari kerontang tertelan kemarau
Mantra mantra bergurindam telah fasih kurapalkan
Selebihnya hanya tangis meskipun sedikit gerimis
Yang diharapkan dari barisan doa panjang
Telenteyan, 2020
Telenteyan
Selamat malam telenteyan
Seratus juta menit telah kudengar kidung bulan
Terhitung dari derak nyala cahaya moyang
Yang tak kembali tertangkap kerdip mata
Selamat pagi telenteyan
Gagah sang embun akan mengecup kemuning pagi
Mimpi-mimpi paling asri telah terbit di sela sela jari
Sejajar dengan matahari yang kupegang sedikit rapi
Telenteyan, 2020
Aku Pernah Mencintaimu
Aku pernah mencintaimu sehalus debu
Sedekat baju yang tertempel di tubuhmu
Serumit akhir cerita malam
Usang setelah pagi menjemput pulang
Telenteyan, 2020
Sebelum Dia Dijemput Tuhan
Sebelum dia dijemput tuhan
Kami duduk bertiga dengan bulan
Jarinya menunjuk salah satu pohon
Yang berdiri tegak tepat di depanku
Sembari berkata “tua atau muda buah itu akan jatuh”.
Telenteyan, 2020
Menjelang Senja
/1/
Tatkala langit hampar berdarah
Luka akan lepas dengan hilir doa-doa
/2/
Senja beranjak mengecap dahaga
Lidah karat sembunyikan dari sekian rasa
/3/
Orang berkiprah mengusung patung bulan
Perut terbakar matahari tetap berdiam
/4/
Riwayat peperangan akan segera usai
Tancapkanlah bendera Tuhan pada pusara syetan
/5/
Kumandang membumbung
mengundang kerumunan
Telenteyan, 2020
Cholis HS adalah nama pena dari Mohammad Cholis lahir di kampung Telenteyan, Longos, Gapura, Sumenep, Santri aktif PP. Annuqayah daerah lubangsa raya, Sekaligus mahasiswa di (IST) Institut Sains Teknologi Annuqayah, ia selain menulis puisi, juga menulis cerpen esai dan beberapa berita. Situs web penasantri.id.