Puisi-Puisi Rikard Diku
Puisi-puisi Rikard Diku
Paradiso
: Eva
Setelah ular melilit pohon matamu
hati menjadi rapuh dan rakus
bibir ingin mencecap buah ranum
ke dalam dadamu satu bait debu berbisik
Paradiso
tuan tanah mengusirmu pulang
(Nenuk, 2019)
Amnesia
Percakapan kita telah usai, sampai di sini saja
ketika matamu melahirkan hujan yang menggenangi
halaman kenangan yang terakhir
dan menghanyutkan puisi-puisi yang kutulis
sebagai ingin akan usaha melupakanmu yang embun
kau akan diam-diam diburu rindu
selama api masih membara dalam tungku dadamu
selama hikayat masih kaubaca tanpa jeda dalam halaman-halamanmu
aku adalah alasan mengapa adanya kenangan
kamu adalah ketika seandainya tanpa berjumpa
sebab kau paham bahwa tak ada luka
yang tanpa sebab seandainya jarak tak pernah ada
nyatanya kamu tetap menjelma hujan yang kedinginan
untuk setiap amnesia
(Kupang, 2019)
Mata Kaki
Ia menjadi iba saat abu di hari rabu
melekat di telapak kaki sebelah kiri
tak ada angin yang berharap dingin
ia ingin menghapus jejak
jarak yang tiba-tiba begitu jauh
ia melihat mata kaki yang buta
(Nenuk, 2019)
*Rikard Diku. Bergiat di komunitas Sastra Kotak Sampah, ia mencintai sastra dengan sungguh-sungguh.