Puisi-Puisi Rizal De Loesie
Puisi Perempuan Bermata Sipit
Rizal De Loesie
Siur angin pada rambutmu
Adalah puisi
Kutitip sebilah senja
di bola matamu
Nanti tiba jua masa
Kulayarkan diksi
Agar kau benar hidup
Dalam puisi
Engkau,
Perempuan bermata sipit
Puisi kujerang dihangat tubuhmu
Karena puisi tanpa mu
Adalah sia-sia merindu
Bandung, 2020
Rindu Ditandai
Rizal DeLoesie
Dalam ranum purnama, kesendirian adalah siksa
lukisan rona wajahmu terkuas indah
lalu sepenggal kisah tumbuh, jemarimu digenggaman dan aku terbuai ditikam angan
saksi rembulan di bangku, kota nan lelap,
kita bait hati dalam jeruji janji
Kita tandai rindu di atas samudra mimpi. Karena mimpi harapan panjang, ku lukis lekuk tarian dalam parasmu
Ah, aku bukan pujangga yang mahir bermain kata, cukup ku ucapkan sebait kata
“Aku merindukanmu sepenuh dada”
Bandung, 2020
Bulan Ke Sembilan
Rizal De Loesie
Pada bulan kesembilan rentang rel jauhkan kita. Seperti rel dingin tak berdekap. Getar jauh dan pilu
Seperti membayangkan kau di bangku itu, sembilan bulan lalu.
Lokomotif memutus pelukan, yang harusnya lebih lama.
Tetapi kepergian bukan hal terperih
perih itu hanyalah terculik sepi
Bandung, 2020
Sebilah Senja
Rizal De Loesie
Ku raut sebilah senja menjadi candu
Membentuk jemari malam dengan sebait astu
Mengaduk jiwa dalam remang doa
Mengasut tiap putik kembang
Sepanjang petang
Menguar aroma se cangkir kopi
Jalin suara angin. Tindih sepi mengecup awan
Berlarutlah rinai, berguratlah badai
Menari dalam ceruk jiwaku
Yang sansai
2020