“Sekuntum Budak” dan Kumpulan Puisi Lainnya dari Mikhael Wora
*PUISI-PUISI MIKHAEL WORA
VALENTINE DAY
Bulir-bulir sepi telah mengurat di dadamu
Degupnya parau
Biarkan aku mendengungnya, sayang
Tentang nyanyian hari yang nampak basah
Tubuhmu mendekap hangat di perapian kasih
Terlihat betah
Ini belum cukup, sayang
Kan kusiapkan tiga tungku dari batu pualam
Tungku pertama tuk menanak jarak
Tungku kedua tuk menjerang waktu
Tungku ketiga tuk memasak rindu
Kunanti bersamaan hasrat kita mendidih
Dan asapnya mengepul
Menebar aroma khas wangian parfummu
(Puncak Scalabrini, 14/2/2017)
SEKUNTUM BUDAK
Lihatlah!
Jarang ia menggerutu pada angin
Yang membenci daun di musim gugur
Dan mencumbuinya kembali di musim semi
Ia jua tak membenci terik
Yang menghujam panas di tanah retak
Hingga kemarau pergi sehabis hujan
Masihkah kau temui abadi?
Kau diam, ia mati
Bebaskanlah ia dari temali matamu
Ia sekuntum budak
Menyandang asa dari himpitan hasrat buta
Tak kau petikpun ia merunduk patuh
(Puncak Scalabrini, 22/9/2016)
GITAR
Biarkan saja lantah riang-riang nada harap
Mendayung tenang
Pada sentakan tangan yang tampak gugup
Saku bajumu sesak tersimpan mayor dan kunci-kunci tua
Kusisip bunyi yang bocor dari minor-minor lepas
Tahan setengah ketuk!
Tentu gitarku masih mampu membenamkan raut tersipumu
Sekali lesung pipi merona kian dalam
Tak serupa kau dekap hanyut di antara sunyi penuh renyah
Jua syahdunya melodi-melodi waktu
Kala kulantunkan bisikan rindu di atas dadamu nan acuh
(Jalanan aspal, 12/3/2017)
HALAMAN 7
Tersipu mataku memanjat lekuk tubuh
Mencium betis putih tercetak pada huruf-huruf mulus
Sesekali kurangkul pinggulmu dari belakang titik
Mengajakmu berdansa pada lembar-lembar angan
Penuh nafsu kau pagut tatapku
Kala terbang merenda di telaga kata
Terasa teduh
Sebuah angka tertulis di sudut lembar
Tujuh
“Itu angka sempurna kan?
Ya, sesempurna rekahan bibir ranum pada alinea baru
Kuharap cukup sekali huruf awal kau warnai merah
Sengaja kau kemas dari kata pertama kecupan gemas
Sadarku, angka tujuh ini terlampau binal
Syukurlah tak ada bekas gincu tersisa
Hingga letih menjemput
Tubuhmu meremang
Lenyap di balik sampul buku
(Puncak Scalabrini, 19/2/2017)
*Mikhael Wora. Mahasiswa STFK Ledalero. Kerap kali mencumbui senja di Puncak Scalabrini. Pengampu komunitas sastra Djarum Scalabrini. Buku antologi puisi perdananya berjudul Surat Cinta Untuk Adonai, (2017). Dapat dihubungi melalui akun Facebook: Mikail Syadi.
One Reply to ““Sekuntum Budak” dan Kumpulan Puisi Lainnya dari Mikhael Wora”
Puisi berjudul “Halaman Tujuh” sangat menarik. Diksi-diksi yang sederhana tapi mengena dan sarat akan makna. Begitulah seharusnya sebuah puisi.