Kumpulan Puisi Yoga Permana Wijaya (Januari 2017)
Yoga Permana Wijaya, tinggal di Sukabumi. Guru TIK yang sedang melanjutkan S2 bidang sains. Mulai belajar sastra secara otodidak di penghujung 2015. Puisinya berhasil menjadi finalis dan menjuarai beberapa perlombaan, diantaranya Juara 1 Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Deza Publishing (2016), Juara 1 Lomba Cipta Puisi Tiga Tema Isykarima Media (2016), 10 Nominator Pemenang Cipta Puisi Tingkat Nasional – Mini Kata Mega Makna Bebuku Publisher (2016) dll. Puisinya tersebar dalam puluhan antologi bersama diantaranya: Goresan Jiwa (2016); Ketika Senja Mulai Redup (2016); Sajak Kita (2016); Dialog Dini Hari Kala Itu (2016); Kembang Api (2016); Turunnya Nawang Wulan (2016); Senandung Kidung-Kidung Lara (2016); Bahtera Nelayan (2016); Rumah Abadi (2016); Rona di Simpul Bibirmu (2016); Baju Baru Untuk Puisi & Hal-Hal Yang Belum Kita Mengerti (2016) dll.
Genangan Rindu
(Yoga Permana Wijaya)
Kita berserak, antara selasar Sukabumi – Bogor,
sekedar memandang kemacetan;
hempasan batu mengguncang;
dan riuh motor melaju kencang.
Sedang awan menitik cepat.
Riak berirama bersama goyangan gelombang basah
di tengah hari pekat,
penyejuk senda gurau kita yang likat.
Angin bersiul, bersahut pendar cahaya.
Kerlip lampu kendaraan menerpa di antara hujan,
pantulkan wajah indahmu melalui kaca spion motor bututku.
Dan engkau tetap tertawa
–setia.
Aspal-aspal berlubang pun menggenangkan rindu,
bersama hujan kala itu.
Bogor, 23 Desember 2015
Bersamamu, Guruku
(Yoga Permana Wijaya)
Ketika aku menatap langit
Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit
Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku
Aku dapat menggapai cita setinggi itu
Ketika aku memandang samudera
Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada
Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku
Aku bisa merangkul mimpi seluas itu
Ketika aku melihat gunung
Beratnya takkan mampu kupikul di punggung
Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku
Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu
Itulah tinggi, luas dan beratnya jasa yang Kau berikan
Berkatmu. Kumenatap, kumemandang, kumelihat sisi lain dunia
Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan
Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung
Terhatur terima kasih untukmu, guruku
Sukabumi, 13 Mei 2016
Secangkir Kopi Malam
(Yoga Permana Wijaya)
masih secangkir kopi, yang menghangatkanku tiap malam.
walau nyanyi angin menghembuskan semilir rindunya.
cangkirku kuyup mendingin basah.
hatiku mengatup? tak kan pernah!
karena di dalamnya ada bara asmara semerah saga.
siap menyebar,
menumbuhkan benih gelora
lewat pucukan bait
kata-kata.
Sukabumi, 01 Juni 2016
Pipimu Merona, Merah Muda
(Yoga Permana Wijaya)
malam yang berpendar dengan nyala kota
penuh kerlip menerangi romansa
sungai Garonne yang cantik
sebagai riak jernih memercik
menari-nari kecil dengan riang
pada alirannya yang tenang
lampu-lampu berjejer rapi di sekitarnya
memantulkan bulu matamu yang lentik
mengarahkan pandanganku, untuk terus tertuju. padamu
angin malampun berbisik, kedalam hatiku yang rintik
mengalun sebagai simfoni dari dawai asmara, bergetar mengikuti irama
hatiku, berjatuhan dan meleleh karenamu
jatuh, jatuh, jatuh
gedung-gedung klasik
berarsitektur menawan
bertepuk tangan, menyambut langkahmu dengan jantan
lebih jantan, dari napas dan lidahku yang kelu di hadapanmu
aku hanya menatapmu, dan tersenyum tegar
pipimu merona, merah muda
secantik kota Toulouse
Tolouse, Juni 2016
Sebuah Kisah Tentangmu
(Yoga Permana Wijaya)
Kawan,
ini adalah kisah aku tentangmu
Meskipun seperti aku yang menceritakan kisahku sendiri,
Aku yang tak berarti dalam kehidupanmu.
Dan aku ingin engkau tahu,
walaupun aku sangat berharap untuk bisa membuat diriku
menjadi berarti untukmu,
tapi aku tak perlu menjadi manusia yang berarti bagimu.
Aku akan menerima apapun perasaanmu
kepadaku,
apapun itu yang berasal dari hatimu.
Karena aku tahu,
segala perbuatan ketika aku hidup
adalah kejujuran yang takkan mampu dibohongi oleh hati dan perasaan tentangmu kepadaku.
Semua itu,
kehidupanku sendiri adalah kenyataan yang aku buat sendiri.
Dan membuat dirimu, membuatnya sendiri tentang diriku.
Seperti itu pula,
Aku menceritakanmu.
Sukabumi, 26 Juni 2016
Daun Pintu
(Yoga Permana Wijaya)
dari sela pintu
ada sesungging senyum mengetuk
dan aku menunggu,
tak berbentuk
sampai pintu itu terbuka seluruh
menyambut hangat asmara membunuh
yang singgah dari balik jendela
pada dadaku menganga
pucuk daun muda
begitu ceria
melambai malu-malu
kepadaku yang menua
ditelan kerinduan
dan waktu
telah terlalu
lama memisahkan usia
entah, akankah ada penyatuan?
meski ada paut tatapan
aku sangsi dengan takdir
juga dengan segala getir
tapi kuyakin,
kau kan tumbuh bahagia
bersinar lewat celah daun pintu
menunggu seseorang membukanya
selebar senyuman bahagia itu
yang malu-malu
dan aku,
bahagia menunggu
meski selamanya,
hanya menatap
lewat celah pintu
Sukabumi, 02 Agustus 2016
Untuk Sang Penjilat Ludah
(Yoga Permana Wijaya)
ketika masa-masa romantis PeDeKaTe itu
kau bersorak
: “demi rakyat!”
aku memang sudah tak percaya
sebab itu lagu lama,
alasan dibuat-buat
untuk mengisi kantong penuh sesak
yang tak pernah puas kau jejalkan
lagi dan lagi
tak usahlah berdalih
sebab aku telah muak
padamu yang menjilat
pantat-pantat rakyat
demi nafsumu yang basi
sampai mati
Sukabumi, 18 Agustus 2016
Biodata Diri:
Nama : Yoga Permana Wijaya
TTL : Cianjur, 31 Maret 1989
Alamat : Kp. Babakan RT 016 RW 005, Desa/Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat 43353
No Kontak : 085759486317
Email : yogapermanawijaya@gmail.com