Puisi “Hening” Karya Fhadilla Amelia
Kali ini kita bertemu dengan penulis puisi dari daerah Batusangkar. Puisi yang (lagi-lagi) terasa suram dengan penuh rasa hening di dalamnya. Fhadilla menuliskan puisinya dengan apik dan penuh dengan penghayatan. Kadangkala, bagi kami, kami percaya bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang dipenuhi dengan akting di dalam proses penulisannya. Bisa saja puisi yang ditulis tidak benar-benar dialami oleh penulis. Tapi si penulis berakting seolah-olah dia sedang mengalami pengalaman pahit yang ada di puisinya, sehingga puisinya, walaupun tidak nyata, menjadi terasa nyata.
Itulah yang kami rasakan ada pada puisi dari Fhadilla ini. Aktingnya sangat meyakinkan hingga kami merasa dia benar-benar mengalami apa yang ada di puisinya ini.
Seperti apakah puisi Hening dari Fhadilla Amelia?
Sahabat, inilah puisi Hening karya Fhadilla Amelia.
Hening
Jika hening adalah rangkaian nada
Inginku bernyanyi seraya menari
Pecah pengap dalam lorong bisu
Hingga cahaya terangi lokus berliku
Jika hening adalah puisi cinta
Kuharap bait pada kata merona
Nan ukir kaku di persimpangan kelam
Hadir ‘tuk menguliti rasa terdalam
Jika hening adalah kawan mulia
Biarlah aku berkisah dalam balutan hangat
Meluapkan buih kecil dari rongga derita
Sarafku nan kini dikekang gulma dunia
Berharap hening ‘tuk jadi tabib penyehat
Dan kujumpai lagi suci nan bertahta
(Batusangkar, 8 April 2011)
Fhadilla Amelia, lahir di Batusangkar pada tanggal 19 Mei 1993. Kecintaannya terhadap dunia sastra khususnya puisi telah dimulai sejak sekolah dasar. Kini, tergabung dalam anggota Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Beberapa puisi dan esai karyanya telah dibukukan dalam beberapa buku antologi.
Email fhadillaamelia@yahoo.com