Puisi Keyfanni Zahra dan Ratu Dogor
Bulan Januari masih muda. Tahun 2017 masih muda. Maka dari itu, kami ingin menampilkan puisi segar dari dua perempuan muda yang piawai dalam memainkan kata ini. Ada Keyfanni Zahra dan Ratu Dogor. Selamat menikmati karya mereka, sahabat.
TOKOH
By : Keyfanni Zahra
Jiwaku tak berdawai
Jinakkan malam asa terurai
Insan bertekuk lutut puja semesta
Dalam nyata perhamba hina
Sadarkah…
Mereka memperbudak debu suci di altar-altar pendosa
Rembulan butakan langkahnya
Ketika cendekiawan semakin harum bersayap karisma kemunafikkan
Jalang berkata pada nestapa..
Aku terbalut samsara..
Berkawan sepi sunyi..
Bersayap dawai suci..
Bernaung belas kasih
Memperhamba “teladan hina”
Profil Singkat Penulis
Fanirat Zahra atau yang lebih dikenal sebagai Keyfanni Zahra, teman-teman memanggilku Keyfanni, aku adalah mahasiswi semester 5 yang menempuh bidang pendidikan dibidang Sosial Politik yang gemar menulis. Hobi menulis mulai ditekuni sejak duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Aku lahir di Tanjung Priok pada tanggal 28 November 1996 yang kini usiaku menjelang 20 tahun.
Dalam pikiranku, menulis merupakan cinta pertama yang paling setia kujaga. Konsep dasarku adalah menikmati dan jatuh cinta terhadap berbagai luka, baik itu luka secara pribadi maupun penderitaan yang dialami orang lain. Pemikiran bahwa luka akan mendewasakan seseorang kuyakini benar adanya, karena dari setiap luka itulah aku menyusupkan jiwaku kedalamnya, perasaan dan pola pikirku lebih peka serta tajam sehingga dari sanalah imajinasiku bangkit menghasilkan karya. Dan aku percaya, suatu tulisan yang berasal dari kepekaan hati karna rasa cinta akan mampu menembus hati sang pembaca dan membuat pembacanya jatuh cinta.
MAK, PAK
Mak,
Aku lapar
Aku lapar dari dapurmu
Maunya makan dari piring hadiah sabun cuci itu
Mak,
Aku lapar
Aku lapar dari tangamu
Maunya makan disuap sambil menonton di ruang tamu
Pak,
Aku muntah
Aku terlalu banyak makan tanda tanya
Bosan kali di sini tanpa tahu besok mau jadi apa
Pak,
Aku muntah
Aku terlalu kenyang rasa bersalah
Tersiksa oleh umur dan sosial
Mak, Pak
Aku teranja-anja dalam kemalasan
Aku bermain-main dengan harga diri
Kini aku mendukai gagal yang tidak pernah lengkap
Mak, Pak
Tolong aku
Yogyakarta, 31 Juli 2016
Ratu Dogor