“Suara Malam” dan Kumpulan Puisi Lain dari Eka Vebriana
Puisi pembaca kali ini datang dari seorang penulis belia. Yang pertumbuhan dewasanya telah mengingatkan admin tentang usia yang terus berjalan. (Merasa tua maksudnya)
Puisi-puisinya yang polos namun bernas akan menjadi menu bacaan kita di siang hari yang menyengat ini.
Selamat menikmati, sahabat!
Suara Malam
Awan merah meninggalkan sang cakrawala
Langit hitam menutupi senja
Oh mentari kemanakah perginya engkau
Sang dewi malam terduduk dengan anggunnya di singga sanamu
Tidakkah kau marah
Tidakkah kau gelisah, jika ia menggantikanmu
Berpendar indah cahaya sang dewi malam
Alunan merdu malam mulai tedengar
Angin kecil berhembus nakal
Gesekan ranting dan dedaunan menambah instrument malam
Sungguh melodi yang indah dari alam
Tak kalah keluarga pak belalang pun ikut bernyanyi
Sungguh merdu bila terdengar
Hei manusia keluarlah dan nikmatilah melodi ini
Berpanggungkan malam
Berlampukan bulan bintang
Jadilah penonton dan nikmatilah
Suara malam akan terus bernyanyi
Asalkan kalian mau mendengarkannya
Dengarkan setiap nadanya
Mengandung serat arti kehidupan
Belajarlah darinya
Untuk mencintai alam
Demi kelangsungan hidupmu
Sepetik Nada
Tiupan angin di bulan april
Membawa nada kebohongan di matamu
Senyuman di sertai tangis mengiringi melodi
Dentingan piano menggema disini
Gesekan viola menjalari indra ini
Seperti buih di laut melodipun lenyap
Peluh tersengal memainkannya
Nada yang sejati
Nada dari hati
Apa artinya nada, bila hanya berkompaskan partitur tua
Sebuah music penuh cahaya
Harapan belum sirna
Diterangi bintang angkasa
Berkilau layaknya superstar
Setiap gairah tersusun dari nada
Butiran nada menjadi melodi
Melodi itulah ibu dari Sang Musik
Sang Maestro tersenyum simpul
Mengayunkan tongkat tanda mulai
Musik menggema terukir di hati pendengar
Inilah melodi dunia
Menghasut manusia tuk bergairah
MONOCHROME
Dunia hanyalah sebuah monochrome
Seperdetik kemudian hanya kekosongan yang tersisa
Diriku telah menjadi monochrome
Hanya ada gelap dan terang
Terdiam ku sesaat hati kecilku mulai meronta
Dunia bagaikan kanvas yang luar biasa
Semua berwarna monochrome
Lalu apa warnaku?
Jika boleh kumemilih lebih baik abu abu
Sama seperti gumpalan awan diatasku
Inginku sama sepertinya
Terbang bebas tanpa perlu kembali
Walau monochrome bukanlah warna yang indah
Namun bagiku warna itu lebih dari cocok untuk gambarkan jiwa manusia
Jiwa yang kotor, jiwa yang telah mengotori dunia ini
Monochrome berarti hitam dan putih
Hitam melambangkan jiwa manusia berego
Putih melambangkan kemurnian hati sang penyelamat
Siapa sang penyelamat? Kapankah ia datang?
Siapa dia dan kapan dia datang itu tak penting
Yang terpenting ialah bagaimana cara kita menciptakannya
Hitam dan putih pun bisa berpadu satu, lahirlah abu abu
Abu abu itulah warna pembatas bagi mereka yang bertentangan
Walau dunia ini hanya ada monochrome
Itu masihlah lebih baik, daripada sekedar kekosongan belaka
Tangisan bayi yang terlahir di dunia
Cukuplah sebagai saksi bahwa kehidupan memanglah kejam
Warna yang dilihat sang bayi hanyalah warna monochrome
Warna yang menakutkan
Setiap orang berwarna monochrome
Karena hati mereka selalu saling bertolak belakang
Kilatan hitam putih di dunia hanyalah bukti karakter hati manusia.
Biodata Penulis
Nama : Eka Vebriana
Email : ikaekafbi@gmail.com
Tempat tanggal lahir : Rembang, 07 Februari 2000
Tempat tinggal : Jawa Tengah, Rembang, JL Pemuda km 2
Pekerjaan : pelajar di SMA N 1 REMBANG